Marsigit Philosophy 2019 (Laporan Wayang) - Dea Armelia




Tugas Laporan WAYANG KULIT Prof. Dr. Marsigit, M.A.

Seperti yang kita tahu, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan aneka ragam seni dan budaya yang ada di dunia. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya ragam budaya yang masih sering kita temui dimanapun itu selama kita berada di Indonesia. Mulai dari kesenian budaya berupa acara adat bahkan juga sampai dengan seni budaya pertunjukan. Salah satu seni pertunjukan yang bisa dibilang sangat populer di Indonesia salah satunya adalah wayang. Wayang merupakan kesenian yang sangat menarik sekali untuk kita tonton. Karena pertunjukan wayang biasanya menyajikan sebuah cerita mengenai legenda maupun sejarah-sejarah yang ada di Indonesia.

Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Secara filosofis wayang dapat diartikan sebagai suatu bayangan atau merupakan pencerminan dari sifat-sifat dasar yang ada di dalam jiwa manusia, seperti watak angkara murka, kebajikan, serakah, dan lain sebagainya.

Wayang memiliki gaya tutur dan keunikannya tersendiri. Wayang dikenal dunia sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor orang dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Atas dasar itulah pada tahun 2003, UNESCO menetapkan wayang ke dalam daftar representatif budaya tak benda warisan manusia.

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa jenis wayang, seperti Wayang Kulit (Purwa), Wayang Klithik, Wayang Golek, Wayang Beber, Wayang orang dan Wayang Suket, dan yang paling populer di kalangan masyarakat Indonesia adalah WAYANG KULIT.




Wayang kulit adalah warisan budaya yang bernilai tinggi, karena merupakan sebuah seni kriya, dan penggabungan dari sastra, seni musik, sampai seni rupa. Bukan hanya terkenal di Indonesia, wayang kulit sudah dikenal di mata dunia yang dibawa oleh pedalang terkenal Ki Purbo Asmoro. Berkatnya, kini wayang kulit mulai populer di beberapa negara Asia hingga Eropa, di antaranya Perancis, Yunani, Jepang, Inggris, Austria, Thailand, Singapura, Bolivia, dan Amerika. Keberadaan wayang kulit diakui UNESCO sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan di bidang cerita narasi dan warisan budaya yang indah dan berharga. Sumber: Unesco.org

Wayang kulit terbuat dari lembaran kulit kerbau yang telah dikeringkan. Sedangkan bagian siku terbuat dari tanduk kerbau yang disambung menggunakan sekrup supaya gerakan wayang terlihat lebih dinamis.

Pertunjukan wayang kulit biasa dimainkan oleh seorang dalang di balik kain putih atau kelir yang disorot lampu listrik sehingga menghasilkan bayangan pergerakan wayang. Dalang juga bertugas sebagai narator dari dialog dalam tokoh-tokoh perwayangan. Dalam pertunjukkan, wayang yang berwatak baik selalu dimainkan di sebelah kanan dalang, dan yang jahat dimainkan di sebelah kiri dalang.

Alat musik yang paling penting dalam pentas wayang adalah alat pukul yang namanya gender. Musik yang dimainkan selalu berubah-ubah mengikuti alur cerita. Dalang menggunakan pemukul kayu (cempala) dan kotak kayu besar yang biasanya dipakai untuk menyimpan semua watak wayang untuk memberitahu kepada pemain gamelan mengenai musik macam apa yang harus dimainkan.

Dengan diiringi musik gamelan yang khas oleh sekelompok nayaga, juga tembang yang dinyanyikan sinden-sinden yang mayoritas perempuan, wayang hampir selalu sukses membuat penontonnya terhanyut. Dari segi isi cerita, pewayangan mengajarkan budi pekerti luhur, saling mencintai, dan menghormati, terkadang diselipkan kritik sosial hingga adegan lucu lewat adegan goro-goro.

Berikut ini adalah hasil dari menonton pertunjukan wayang kulit yang menceritakan tentang Anggada Duta (Perutusan Anggada) di Museum Sonobudoyo, DIY (13 September 2019).



Laporan 
Menonton Pertunjukan Wayang Kulit

Identitas Penonton:
Nama  : Dea Armelia
NIM    : 19709251072
Kelas  : D
Program Studi : S2 Pendidikan Matematika 2019

Identitas Pertunjukan Wayang:
Judul Cerita Wayang  : Anggada Duta (Pengutusan Anggada)
Tempat Pertunjukan   : Museum Sonobudoyo
Waktu Pertunjukan     : 20.00 - 22.00 WIB (13 September 2019)

Analisis Cerita Wayang Kulit
Judul : Anggada Duta (Pengutusan Anggada)
Tokoh Utama : 
-Sinta
-Rama
-Rahwana

Tokoh Pendukung : 
-Anggada
-Bathara Guru
-Prahasta
-Indrajit

Sinopsis
Adegan 1. Di Negara Alengka
Tokoh: Rahwana, , Anggada, Prahasta, Indrajit.
Di Negara Alengka, Prabu Rahwana merasa sedih karena Sarpakenaka, adiknya tewas dalam serangan pendahuluan melawan pasukan kera dari Maliawan. Kini, Rama dan sekutunya telah berkemah di gunung Suwelagiri di dalam wilayah Alengka, dan telah bersiap-siap untuk melakukan serbuan.
Tidak lama kemudian, datangla Anggada, utusan Rama. Anggada memberikan peringatan kepada Rahwana untuk segara menyerahkan Sinta kembali kepada Sri Rama. Jika tidak, maka pasukan Rama akan merebutnya secara paksa dengan mengerahkan kekuatan penuh. Rahwana hampir saja marah mendengar tantangan Anggada, namun ketika Anggada bersesumbar bahwa dirinya adalah Putra Subali, guru Rahwana di masa lalu. Rahwana mengurungkan niatnya dan bahkan akan mencoba untuk mengahasut Anggada.

Diceritakan , ketika Rahwana kemudian menjamu Anggada dengan harapan ia akan berkhianatkepada Rama, ia terlalu yakin bahwa usahanya akan berhasil. Ketika Rahwana lengah, Anggada kemudian merampas mahkota Rahwana dan membawanya pergi ke Suwelagiri. Punggawa Rahwana yang kebingungan berusaha mengejar Anggada, namun Rahwana memerintahkan mereka untuk tenang. Rahwana yang merasa terhina lalu naik ke Suralaya untuk meminta keadilan dari para Dewa.

Adegan 2. Di Kahyangan Suralaya
Tokoh : Bahara Guru dan Rahwana
Bathara Guru yang sedang bersidang dengan Narada, penasihatnya, juga para Dewa, dikejutkan dengan kedatangan Rahwana. Rahwana menggugat Bathara Guru karena selalu memberikan kemenangan kepada Rama dan pasukan keranya, sementara Alengka selalu menderita kekalahan. Ia juga meminta agar diberikan umur panjang supaya dapat mengalahkan Ramawijaya.

Bathara Guru menyetujui permintaan Rahwana dan mengambulkannya, sehingga Rahwana diberikan usia yang panjang tanpa seorangpun tahu kapan ajalnya akan tiba. Namun, di perjalanan Rama yang telah diberi restu oleh Bathara Guru menjalankan siasat sehingga umur panjang yang dikaruniakan kepda Rahwana justru berpindah kepada dirinya. dengan demikian, ajal Rahwana akan datang kepadanya dalam waktu yang tidak lama lagi.
.................................................. to be continued.

Perwatakan Tokoh
Rahwana : Jahat, Kejam ( Tokoh Antagonis )
Anggada : Setia cerdik, pemberani.
Bathara Guru : Tegas (Dewa yang merajai kahyangan)

Tanggapan
Setelah menonton dan menghayati cerita yang terkandung dalam perwayangan tersebut, ternyata terdapat nilai yang terkandung dalam perwayangan ini, antara lain:
    1. Nilai etika yang dibahas dalam cerita ini, adalah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita wayang. Nilai etik yang dibahas dalam cerita ini adalah cerita atau lakon dalam perwayangan yang mengajarkan budi pekerti luhur, saling mencintai, dan menghormati, terkadang diselipkan kritik sosial hingga adegan lucu. 
    2. Nilai estetika pada wayang di antaranya bisa dilihat dari seni ukir wayang. Pembuatan setiap tokoh wayang, memiliki ciri dan watak tersendiri. Bineka wayang itu tidak menggambarkan manusia secara wajar, tetapi watak berbagai tokoh dalam dunia perwayangan. Setiap wayang melukiskan watak tertentu dan dalam keadaan batin tertentu. 
    3. Nilai estetika pada seni musiknya. Dalam pergelaran wayang kulit, bunyi gamelan yang mengiringinya terbagai dalam tujuh pase. Yaitu, klenengan, talu, patet nem, patet sanga, patet manyura, tancep kayon (penutup), dan golek. Sambil menunggu kehadiran penonton atau tamu, pertunjukan diawali dengan klenengan dengan gending-gendhing Sriwidana, Kadrang Slamet, dan Pangkur, baru kemudian masuk ke talu. Selain mengandung nilai filosofi, dalam dramaturgi sebuah pertunjukan, fungsi gending patalon sebagai intro dari sebuah pertunjukan wayang. 
    4. Internalisasi simbolik adalah interaksi dan komunikasi yang memberikan kehidupan sosial yang ditandai oleh penggunaan bahasa (dalam arti luas) atau tindakan-tindakan yang bersifat simbolik. Untuk menangkap makna-makna yang terkandung dalam cerita wayang, diperlukan interpretasi terhadap tingkah laku bersimbol dari pemeran cerita. Keberadaan wayang lebih terkait dengan proses komunikasi simbolik, tepatnya komunikasi simbolik satu arah. Banyak ahli berpendapat, bahwa 75 % dari pengetahuan manusia bisa sampai ke otaknya, melalui mata, dan selebihnya menggunakan indra pendengar dan indra-indra yang lain. Dengan demikian, menyampaikan pesan moral lewat wayang yang menggunakan media ekspresi audio-visual, merupakan cara yang lebih efektif dalam rangka pendidikan etik.
      So....... Bagaimana menurut kalian?

      Jika kita kaji lebih dalam, WAYANG bukan hanya sekedar tontonan biasa, namun syarat akan filosofi-filosofi dalam hidup dan kehidupan. Hmm,, coba bayangkan bagaimana semisalnya jika kebudayaan yang penuh nilai kenormaan ini punah di Generasi Muda ini. Kita juga harus aktif dan sadar akan pentingnya wayang. Selain kita dapat melestarikan kebudayaan, kita juga akan tahu tentang norma dan nilai-nilai kehidupan, dan tentunya untuk memperbaiki diri menjadi kawula muda yang lebih menghargai bangsa.

      Terlebih lagi saat ini, budaya barat dan modernisasi merupakan konsumsi sehari-hari anak-anak muda. Akibatnya kesenian dan budaya sendiri dianggap tidak nge-trend dan terkesan kuno, sehingga generasi penerus tidak mau menggelutinya bahkan mereka sudah tidak lagi mengenal budaya sendiri

      Sungguh ironis jika suatu saat nanti justru Bangsa Indonesia yang akan mempelajari seni dan budanyanya sendiri di luar negeri !!!. Ini memang membutuhkan perhatian yang sangat serius dalam pengenalan akan seni dan budaya tradisional yang harus dilakukan sejak dini. hal ini untuk menghindari punahnya seni dan budaya warisan leluhur.
      Terlebih lagi saat ini, budaya barat dan modernisasi merupakan konsumsi sehari-hari anak-anak muda. Akibatnya kesenian dan budaya sendiri dianggap tidak nge-trend dan terkesan kuno, sehingga generasi penerus tidak mau menggelutinya bahkan mereka sudah tidak lagi mengenal budaya sendiri

      Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anak Muda Ogah Melirik Seni Tradisional", https://nasional.kompas.com/read/2008/09/14/02422737/anak.muda.ogah.melirik.seni.tradisional.
      Sudah bukan rahasia lagi apabila kesenian tradisional di Indonesia mulai ditinggalkan generasi muda negeri ini, dan masuknya berbagai kebudayaan luar melalui berbagai media, terutama televisi, tidak sedikit ikut mempengaruhi kelunturan apresiasi terhadap kesenian tradisional.

      Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anak Muda Ogah Melirik Seni Tradisional", https://nasional.kompas.com/read/2008/09/14/02422737/anak.muda.ogah.melirik.seni.tradisional.







       





      Terlebih lagi saat ini, budaya barat dan modernisasi merupakan konsumsi sehari-hari anak-anak muda. Akibatnya kesenian dan budaya sendiri dianggap tidak nge-trend dan terkesan kuno, sehingga generasi penerus tidak mau menggelutinya bahkan mereka sudah tidak lagi mengenal budaya sendiri

      Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anak Muda Ogah Melirik Seni Tradisional", https://nasional.kompas.com/read/2008/09/14/02422737/anak.muda.ogah.melirik.seni.tradisional.
      Sudah bukan rahasia lagi apabila kesenian tradisional di Indonesia mulai ditinggalkan generasi muda negeri ini, dan masuknya berbagai kebudayaan luar melalui berbagai media, terutama televisi, tidak sedikit ikut mempengaruhi kelunturan apresiasi terhadap kesenian tradisional.

      Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anak Muda Ogah Melirik Seni Tradisional", https://nasional.kompas.com/read/2008/09/14/02422737/anak.muda.ogah.melirik.seni.tradisional.

      Komentar

      Postingan populer dari blog ini

      Marsigit Philosophy 2019 (Persoalan Matematika di Sekolah)-Dea Armelia

      Marsigit Philosophy 2019 (Objek dan Fenomena Matematika di Sekolah)-Dea Armelia